"aku harus pergi Cha, aku gak bisa terus disini, saat ini kamu gapapa nangis, tapi setelah ini bahagialah."
Aku yang masih terkulai lemah justru membuat tubuhku semakin rapuh saat aku membaca pesan itu. Airmata ini kembali menetes secara perlahan dan semakin deras. Sampai saat ini aku masih tidak percaya akan hal yang telah terjadi. Semakin dalam aku mengingat, maka semakin dalam rasa sakit yang aku rasakan.
Dentingan suara gitar menemani malam sepiku. Dengan penuh penjiwaan tak terasa sebuah kalimat terucap membentuk sebuah syair yang melukiskan suasana hatiku saat ini.
kau, tiba-tiba datang kepadaku
membawa sebuah harapan
yang mungkin dulu telah sirna
kau, laksana kuas cerita baruku
yang membuat kanvas putihku
menjadi penuh dengan warna
tapi mengapa
kau robek semua harapan indahku
kau hempaskan aku
kau sakiti diriku
apa tak kau rasa
hati ini sangat bergantung padamu
namun kau pergi jauh
kau tinggalkan diriku
"hayooo!!!!! Ocha galau !!!" terdengar suara cempreng Ika yang sontak merubah suasana malamku.
"Gila lo! Permisi dulu napa sih!"
"Yeee, kuping lo tuh yang budek! udah permisi sampe teriak juga. Makanya hidup itu jangan galau mulu Cha, kupingmu jadi ikut galau kan?" ledek si Ika.
"Kampret Lu !!"
Ika adalah sahabat terbaik yang aku punya. Manusia yang selalu mengerti keadaanku dan selalu berusaha membuatku untuk tetap berada di jalan yang lurus.
Ku letakkan gitarku di kursi "damai"ku yang terletak di balkon kamarku, lalu menyusul Ika masuk ke dalam kamarku.
"Lo, kenapa sih Cha ? Gara-gara di Erik lagi ?" ucap Ika dengan menatap dalam-dalam wajahku.
aku hanya bisa terdiam tertunduk. Mulutku seakan terkunci untuk bicara.
"Ochaa!!! Gue ngomong sama lo, bukan sama Teddy lo !" by the way, Teddy adalah boneka beruangku tercinta yang selalu menemaniku mulai dari aku tidur hingga aku terbangun lagi.
"Ka, gue butuh waktu buat bisa nenangin pikiran. Hati gue lagi kacau, gue bingung mau gimana. Gue lagi kacau banget Ka, lo ngerti kan gimana posisi gue sekarang?" jelasku dengan usaha keras untuk tidak menguraikan airmata.
Sejenak aku mengira kalo Ika bakal ngomelin gue dengan durasi yang melebihi film-film india di TV. Namun saat itu yang terjadi adalah Ika malah beranjak dari tempat tidurku lalu pergi ke meja belajarku dan mulai mengobrak-abrik seluruh isinya.
"Lo ngapain sih Ka? Jangan ngacak-ngacakin kamar gue napa sih! Kebiasaan lu ah!" geramku yang melihat ulah Ika yang membuat beberapa bukuku berserakan di Lantai.
Ika masih sibuk dengan usahanya untuk mencari something. Ternyata dia mengambil beberapa foto. Beberapa foto keluargaku dan fotoku dengannya saat masih sekolah dulu dibeberkannya di tempat tidur lalu dia kembali duduk dihadapanku.
"Maksutnya apa'an nih ?" tanyaku.
"Gini Cha, gue mungkin udah capek ngeliat hidup lo yang kacau balau kayak gini. Gue disini cuma pingin lo inget sesuatu. Coba lo liat foto keluarga lo waktu lo lagi kumpul-kumpul dirumah, lo sendiri kan yang cerita ke gue kalo lo pengen buat orang tua lo bangga, lo pengen bahagiain mereka selagi mereka hidup? dan ini, foto kita waktu wisudaan SMA kemaren, lo bilang kita bakal fighting di dunia perkuliahan nanti. Tapi kalo kondisi lo kayak sekarang ini, yakin lo bisa bikin ayah mama lo bahagia? bullshit tau gak sih! Mana Ocha yang dulu gue kenal ? gue tau kok kalo lo itu kuat, Lo pernah kan ngerasain gimana terpuruk ? tapi lo bisa move on kan ? terus kenapa sekarang gak bisa ? Buka mata lo Cha!"
airmata ini menetes lembut di pipiku, kata-kata Ika sontak membuka luka hatiku. Hati ini terasa begitu sakit.
"mungkin sekarang beda Ka, gue mungkin memang buka Ocha yang dulu. Gue gak mampu ngelawan sakit ini. Gue gak sekuat yang lo kira Ka." ucapku dengan derai airmata.]
"Bego lo Cha! ngapain lo bertahan dalam kondisi yang justru bikin lo sakit, wake up !!!"
"Lo punya hati gak sih Ka! Kalo lo punya pasti lo bisa ngerti gimana perasaan gue. Gue ini terpuruk ! Sakit hati! Lo pernah gak sih ngerasain ditinggalin orang yang lo sayang?!"
suasana menjadi lebih panas. Aku terlibat adu mulut dengan Ika. Namun tak sengaja terucap dari mulut sahabat gue "mungkin lo sekarang emang sakit Cha, tapi kalo lo tau ada orang lain yang juga ikut ngerasain sakit kalo aja mereka tau kondisi lo sekarang. Sori gue udah gak bisa ngertiin perasaan lo, gue emang bukan sahabat yang baik buat lo" ujar Ika sembari beranjak keluar dari kamarku.
******
hari demi hari telah kulewati dengan mengingat sosok Erik yang kini telah pergi. Bertanya-tanya sedang apa dia disana? apakah dia sedang memikirkanku juga ? Apakah dia juga merasakan sakitnya perpisahan ini? Namun pikiranku juga tak henti dan terus merenungi kata demi kata yang telah diucapkan Ika waktu itu. Mungkin dia benar, aku terlalu hanyut dalam keadaan ini. Toh, aku juga tidak pernah tau apa yang dilakukan dan dirasakan Erik sebenarnya. Jika bukan aku sendiri yang bangun untuk melawan perasaan ini, maka jelas aku akan terus terpuruk menyesali keadaan yang telah terjadi.
Kuraih handphone-ku dan ku coba untuk menghubungi Ika.
"Ka, Lo dimana ? gue jemput sekarang ya.. kita ketempat biasanya yuk! bosen gue di kamar mulu."
terdengar suara riuh di balik telepon Ika, "gue di kampus Cha. Okedeh, gpl yah !"
langsung aja ku jalankan mobilku ke kampus buat jemput si Ika. Di perjalanan ku coba untuk menenangkan diriku dan coba untuk berpikir secara jernih. "it's your life Cha! don't break it !" ucapku sendiri.
Sesampainya di tempat favoritku dan Ika yaitu sebuah taman pinggiran kota yang memberikan sebuah pemandangan yang indah. Benar-benar suasana yang menyenangkan !
"Ka, gue sadar kalo lo bener. Gue harus move on. Hidup gue gak berenti saat perpisahan gue sama Erik terjadi."
"Nah gue bilang juga apa. Lo sih, bandel bener kalo gue bilangin. Gini-gini gue dokter cinta tau! Gue udah Khatam kalo masalah hati"
sontak kami tertawa berdua mendengar kata-kata Ika yang sok tua itu.
di hari yang cerah ini, dan dalam indahnya pemandangan yang aku lihat saat ini membuatku tersadar akan banyak hal.
"hidup ini harus kita jalanin dengan hati dan logika. Jangan biarkan salah satunya menjadi dominan karena itu akan mengganggu kehidupanmu. Khususnya masalah hati! Mungkin memang benar hidup bisa menentukan gimana suasana hati kita, namun INGAT jika permasalahan hati juga bisa MERUSAK hidupmu. So? bijaklah memilih dan menghadapi jalan yang ada di kehidupanmu. Banyak orang-orang sekitarmu yang ingin melihat senyum indah di wajahmu"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar