“Hei, kok duduk sendirian???” kata seorang cowok yang tiba-tiba sudah ada didepan dehsya
Dehsya kaget. Dia menatap yang menyapanya dengan ketakutan.
“Gak usah takut, aku cuma pingin nanya tahu laboratorium nggak?” tanya cowok itu dengan tenang
Dehsya kemudian menggeleng.
“Gak tau ya.? eh omong-omong kamu lagi ngapain ?” tanya cowok itu lagi.
Sekali lagi Dehsya menggeleng. Cowok itu menatapnya sambil tersenyum.
“kok diem aja???” tanya cowok itu heran, dia sekilas melihat Dehsya yang
sedang duduk dan memandang ke arah depan dengan pandangan kosong.
Dia gak keliatan seperti orang sakit! trus kenapa dia kerumah sakit? Kata
cowok itu dalam hati.
“nunggu siapa?” sekali lagi cowok itu bertanya. Tetapi Dehsya hanya
diam saja. Tidak memberi respon, akhirnya cowok itu capek sendiri. Cowok
itu duduk di sampingnya.”Heeeeeeemm! gue kayak penyiar radio ya ? yang ngoceh sendiri tanpa ngerti didengerin orang apa kagak.."
Cowok itu ketawa geli ktika dirasanya dia tertawa sndiri, karena Dehsya diam saja, langsung saja tawanya berhenti. Di oandanginya Dehsya sambil tertawa kecil.
“ kamu gak bisa ngomong? gak bisa ketawa ?” kata cowok itu.
“ DIA BISU !” kata Nina yang tiba-tiba sudah disamping Dehsya.
“ De, Pulang sekarang !” Dehsya lalu beranjak dari tempat duduknya dan berjalan meninggalkan cowok itu.
“Hei, tunggu .. aku minta maaf.” cowok itu berlari mengejar Dehsya dan menghadangnya. Dehsya langsung memandang cowok itu dengan pandangan tidak
mengerti, apa maksud cowok itu menghadangnya. Cowok itu membalas tatapan Dehsya dan sesaat mereka berdua saling bertatapan.
"ehem! apa maksutmu menghadang kami ?" Tanya Nina.
"maaf, gue cuma pengen kenal sama dia." jawab Dino, cowok itu.
"oh, dia namanya Dehsya."
"Hai Dehsya... Aku Dino" sembari mengulurkan tangan dan tersenyum.
Dehsya hanya memandang uluran tangan Dino.
“De, Dino mau jadi temen kamu, dibalas dong.” dengan ragu-ragu Dehsya membalas uluran tangan itu.
“senang berkenalan denganmu, mulai sekarang kita berteman ya!” pinta cowok itu.
Sejak kecil Dehsya selalu sendiri, kesepian. Dia tidak mempunyai seorang
teman. Maklumlah kondisi Dehsya yang seperti ini.
“Kak! Boleh kan gue bermain – main kerumahnya Dehsya ?”
“oh, tentu aja"sahut Kak Nina.” Main aja kalo sempat.” lalu memberikan alamat rumahnya ke cowok
itu.
Seminggu kemudian Dino main ke rumah Dehsya, dia datang ke
alamat rumah sesuai dengan alamat rumah yang diberikan Kak Nina.
“Sore Kak, Dehsya ada kan ?“ Nina kaget, dia bener-bener gak menyangka kala cowok yang dulu pernah ia
temui di rumah sakit, tiba-tiba sudah berdiri tegak di depanya sambil
menggenggam seikat bunga mawar putih.
Dino kliatannya gak kecewa waktu Dehsya muncul tapi tidak menaruh
perhatian pada seikat bunga itu.
“Dino bawain kamu bunga tuh,”
“Lain kali gue bawain lu coklat deh De” kata Dino sambil
tersenyum.
”Lu suka coklat kan ?”
Dehsya cuma mengangguk. Keesokan harinya Dino datang lagi ke rumah Dehsya, Dino benar-benar membawakan setumpuk coklat buat Dehsya.
“Lu suka yang ada kacangnya ? Kalo gue, lebih suka yang ini. Mau?"
Dan mereka makan coklat seperti dua orang anak kecil. Nina benar-benar ngerasa ada yang aneh. Sudah 9 tahun Dehsya dikucilkan teman-temanya, dan sekarang dia mempunyai seorang teman juga tetapi, teman yang di
luar dugaan Nina.
Dino 3 tahun lebih tua daripada Dehsya. Dia tinggi, putih, dan penampilannya layaknya anak remaja gaul. Mengapa seorang seperti Dino mau temenan dengan seorang gadis
seperti Dehsya? layaknya dia pasti tidak kekurangan teman. Lalu untuk apa dia
mendekati Dehsya?.... fikir Nina.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tak terasa satu tahun sudah lamanya hubungan pertemanan Dino dengan Dehsya. Nina heran, hubungan yang disangkanya tidak berlangsung
lama itu, ternyata cukup langgeng. Dino juga semakin sering datang ke rumah
mereka bahkan sempat beberapa kali menginap.
Dan yang membuat Nina cemas dan bercampur gembira.
Dehsya mengalami banyak perubahan. Dulu dia males mandi, tidak mau
menyisir rambutnya kalau tidak didesak, sekarang dia
malah mandi sebelum disuruh, sudah menyisir rambutnya, sebelum tante
sarah sempat mengambil sisir. Dan dia mulai memilih-milih baju yang akan
dipakainya kalo sedang menunggu kedatangan Dino.
Meskipun dia masih tetap membisu, jelas ada hubungan yang lebih erat
diantara mereka. Seperti hari ini, dengan caranya sendiri Dehsya meminta kakaknya buat me-make up wajahnya. Akhirnya Dehsya memperoleh juga masa remajaanya. Benarkah Dino orang
yang dikirim untuk menolong Dehsya dari lingkaran depresi yang selalu membelenggunya ? Tentu saja Nina tidak mengetahui Donilah justru yang mendorong Dehsya untuk berdandan.
“Lu cantik banget De?” katanya suatu hari.”Cewek paling
cantik yang pernah gue kenal.” Entah dia berbohong atau tidak,
perasaan Dehsya saat itu benar-benar senang.”Kenapa lu gak mau memotong
rambutmu biar keliatan sedikit lebih Modis, model rambut lu itu udah gak jaman kali De, dan muka lu kenapa selalu sepucat itu? Lu tau
nggak sih? Kakak lu keliatan cantik itu gara-gara dia ngerawat diri tau!" Tentu saja Dino mengatakannya sambil bergurau. tapi buat Dehsya,
gurauan itu sungguh menggugah keinginannya untuk mengubah
penampilan.
Dehsya sendiri juga heran. Kenapa selama ini dia pengen nyenengin hati
Dino? Rupanya di hati Dehsya sudah mulai tumbuh cinta.
Setiap bertemu dengan Dino, jantungnya selalu deg-deg an.
Apakah ini yang namanya CINTA? Tanya Dehsya
dalam hati. Dia benar-benar tidak dapat memahami dirinya.
Dan tibalah saat-saat yang ditunggu-tunggu Dino untuk menyatakan
cintanya ke Dehsya. Saat itu Dino mengajak Dehsya untuk jalan-jalan di
taman, awalnya Nina tidak mengizinkan. Tapi sebuah keajaiban tiba. Keinginan Dehsya yang
kuat membuat Dehsya kembali bisa berbicara dan mengatakan keinginan
hatinya kepada tantenya.
“Kak, apa aku harus terus-teruan di kurung di rumah? Apa aku
nggak boleh pergi jalan-jalan lihat keindahan alam di sana?”
kata Dehsya sambil menangis.
Mendengar Dehsya dapat berbicara lagi Nina pun bahagia.”De kamu bisa berbicara lagi?“kata Nina." Iya De, lu bisa berbicara lagi?” Dinopun tersenyum bahagia.
“Ya sudah kakak izinin kamu pergi. Tapi, pesen kakak hati-hati ya De!”
Dehsyapun menghapus air matanya”Iya Kak!”
“Berangkat dulu Kak!” kata Dino berpamitan.
Akhirnya datang juga keajaiban yang selama ini di tunggu Nina sejak 9 tahun yang lalu. Dehsya yang tidak pernah mau berbicara sejak kecelakaan yang merenggut nyawa ayah dan bundanya. Kini suara itu kembali keluar dari mulut Dehsya. Bukan hanya Nina yang berbahagia, Dehsyapun jauh lebih bahagia dari kakaknya. Dehsya kini sekarang bisa bersama orang yang ia cintai yaitu Dino, dan Dino pun juga merasa bahagia karena bisa menemukan cinta dari seorang gadis yang istimewa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar