BAB
II
DESKRIPSI
TENTANG STRATIFIKASI SOSIAL
DI
MASYARAKAT
A.
DEFINISI STRATIFIKASI SOSIAL
1. PITIRIM A. SOROKIN
Stratifikasi sosial adalah
perbedaan penduduk / masyarakat ke dalam lapisan-lapisan kelas secara
bertingkat (hirarkis). Pitirim A. Sorokin dalam karangannya yang
berjudul “Social Stratification” mengatakan bahwa sistem lapisan
dalam masyarakat itu merupakan ciri yang tetap dan umum dalam
masyarakat yang hidup teratur.
2.
Drs. ROBERT M.Z. LAWANG
Stratifikasi
sosial adalah penggolongan orang-orang yang
termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan
hirarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese dan prestise. Contohnya
pelapisan dalam siistem kasta.
3.
MAX WEBER
Stratifikasi
sosial sebagai penggolongan orang-orang yang
termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan
hirarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese dan prestise
4.
ASTRIED S. SUSANTO
Stratifikasi sosial adalah
hasil kebiasaan hubungan antarmanusia secara teratur dan tersusun
sehingga setiap orang mempunyai situasi yang menentukan hubungannya
dengan orang secara vertikal maupun mendatar dalam masyarakatnya.
Contoh pelapisan sosial berdasarkan bidang pekerjaan menurut
keahlian, kecakapan, dan keterampilan, seperti pada sebuah perusahaan
terdapat golongan elite, profesional, semi profesional, tenaga
terampil, tenaga semi terampil, dan tenaga tidak terlatih.
5. BRUCE J. JOHEN
Stratifikasi sosial adalah
sistem yang menempatkan seseorang sesuai dengan kualitas dan
menempatkan mereka pada kelas sosial yang sesuai. Contohnya pelapisan
sosial berdasarkan tingkat pendidikannya.
6. WIKIPEDIA
Pelapisan
sosial atau stratifikasi
sosial (social
stratification) adalah pembedaan atau
pengelompokan para anggota masyarakat
secara vertikal (bertingkat).
7.
JAMES W. VANDER ZANDEN
Social stratification is a structured rangking of individuals and
groups-their grading into horizontal layers or strata.
Jadi, stratifikasi adalah struktur tingkat individu dan kelompok yang
digolongkan ke dalam lapisan-lapisan tertentu.
8. DEFINISI BERDASARKAN ETIMOLOGI
Stratifikasi sosial
berasal dari dua kata yaitu stratifikasi dan
sosial. Kata stratifikasi berasal dari bahasa latin yaitu
stratum (jamaknya: strata)
yang berarti lapisan atau tingkat masyarakat.
Senada dengan pengertian tersebut, Tesaurus Bahasa
Indonesia juga mengartikan stratifikasi sebagai pelapisan atau
penjenjangan.
9. DEFINISI BERDASARKAN TERMINOLOGI
Stratifikasi sosial artinya pembedaan penduduk atau masyarakat
ke dalam kelas-kelas secara bertingkat atas dasar kekuasaan, hak-hak
istimewa dan prestise.
- DEFINISI SECARA OBJEKTIF
Penggolongan individu/kelompok ke
dalam kelas-kelas secara hierarkis dalam masyarakat / sistem sosial.
- DEFINISI SECARA SUBJEKTIF
Individu/kelompok
memposisikan dirinya masuk
pada lapisan tertentu dalam suatu sistem sosial.
B.
PROSES TERBENTUKNYA STRATIFIKASI SOSIAL
Stratifikasi sosial selalu ada dalam kehidupan manusia.
Apakah stratifikasi tersebut selalu sama di setiap masyarakat? Apakah
ada perbedaan stratifikasi antara masyarakat sederhana dan modern?
Stratifikasi sosial pada masyarakat sederhana akan berbeda dengan
stratifikasi sosial pada masyarakat modern. Stratifikasi pada
masyarakat sederhana (homogen), pelapisan yang terbentuk masih
sedikit dan terbatas perbedaannya. Sedangkan pada masyarakat
modern(heterogen), stratifikasi sosial yang terbentuk makin kompleks
dan makin banyak.
Secara sederhana, perbedaan
stratifikasi sosial bisa dilihat dari perbedaan besarnya penghasilan
rata-rata seseorang setiap hari. Menurut Paul.
B. Horton dan
Chester L. Hunt
bahwa terbentuknya stratifikasi sosial tidak hanya berkaitan dengan
uang. Stratifikasi sosial adalah suatu pelapisan orang-orang yang
berkedudukan sama dalam rangkaian kesatuan status sosial.
Stratifikasi sosial dalam masyarakat menurut terbentuknya dibagi
menjadi sebagai berikut :
1.Stratifikasi Sosial yang Terjadi dengan Sendirinya
dalam Proses Pertumbuhan Masyarakat
Stratifikasi yang terjadi dengan sendirinya disebabkan oleh
faktor-faktor yang dibawa individu sejak lahir.
Landasan terbentuknya stratifikasi yang terjadi dengan sendirinya,
antara lain:
a. Kepandaian; d. Harta dalam batas-batas tertentu.
b. Tingkat umur (yang senior);
c. Sifat keaslian keanggotaan kerabat seorang kepala masyarakat;
Namun demikian, setiap masyarakat memiliki landasan tersendiri dalam
terbentuknya stratifikasi sosial. Landasan terbentuknya stratifikasi
sosial pada masyarakat berburu tentu akan berbeda dengan stratifikasi
sosial pada masyarakat bercocok tanam. Landasan terbentuknya
stratifikasi sosial pada masyarakat adalah sebagai berikut :
a. Pada masyarakat berburu, yang menjadi landasan stratifikasi
adalah kepandaian berburu. Jadi, seseorang yang memiliki
kepandaian berburu di atas orang lain dipandang berada pada
stratifikasi sosial tinggi.
b. Pada
masyarakat menetap dan bercocok tanam yang menjadi landasan
stratifikasi adalah kegiatan awal
membuka tanah di daerah tersebut.
Pembuka tanah dan kerabatnya dianggap memiliki stratifikasi sosial
yang tinggi.
2. Stratifikasi
Sosial yang Sengaja Disusun untuk Mengejar Suatu Tujuan Bersama
Stratifikasi sosial yang sengaja disusun untuk mencapai tujuan
tertentu biasanya berkaitan dengan pembagian kekuasaan dan wewenang
resmi dalam organisasi formal. Misalnya, pemerintahan, badan usaha,
partai politik, dan angkatan bersenjata. Pada stratifikasi sosial
jenis ini kekuasaan dan wewenang merupakan unsur khusus dalam
stratifikasi sosial. Menurut Soerjono Soekanto, ada beberapa
pokok yang mendasari terjadinya stratifikasi sosial dalam masyarakat.
a. Sistem stratifikasi berpokok pada sistem pertentangan dalam
masyarakat.
b. Sistem stratifikasi sosial dianalisis dalam ruang lingkup
unsur-unsur sebagai berikut:
1) Sistem
pertanggaan yang diciptakan para warga masyarakat (prestise dan
penghargaan).
2) Distribusi
hak-hak istimewa yang objektif, seperti penghasilan, kekayaan, dan
keselamatan.
3) Kriteria
sistem pertentangan, yaitu disebabkan kualitas pribadi, keanggotaan
kelompok kerabat tertentu, milik, wewenang, atau kekuasaan.
4) Lambang-lambang
kedudukan, seperti tingkah laku hidup, cara berpakaian, perumahan,
dan keanggotaan dalam suatu organisasi.
5) Mudah
tidaknya bertukar kedudukan.
- Solidaritas di antara individu-individu atau kelompok yang menduduki kedudukan sama dalam sistem sosial masyarakat.
- Faktor-faktor penyebab Terbentuknya stratifikasi sosial dalam
masyarakat didukung oleh:
a. Perbedaan ras dan kebudayaan
b. Adanya spesialisasi dalam bidang pekerjaan.
c. Adanya kelangkaan dalam masyarakat menyangkut pembagian hak dan kewajiban
a. Perbedaan ras dan kebudayaan
b. Adanya spesialisasi dalam bidang pekerjaan.
c. Adanya kelangkaan dalam masyarakat menyangkut pembagian hak dan kewajiban
C.DASAR TERBENTUKNYA DAN PRINSIP PRINSIP POKOK STRATIFIKASI
SOSIAL
- DASAR TERBENTUKNYA STRATIFIKASI SOSIAL
Stratifikasi sosial dalam masyarakat terjadi karena adanya sesuatu
yang dihargai dalam masyarakat. Sepanjang masyarakat memberikan
penghargaan terhadap sesuatu yang dianggap lebih, maka stratifikasi
sosial di masyarakat tetap akan ada. Sesuatu yang dipandang berharga,
antara lain :
a. Uang; e. Ilmu pengetahuan;
b. Tanah; f. Keturunan;
c. Benda-benda bernilai ekonomis; g. Pekerjaan;
d. Kekuasaan; h. Kesalihan dalam agama.
Secara umum, pembentukan stratifikasi sosial dalam masyarakat
didasari oleh beberapa kriteria berikut ini :
1. Ukuran Kekayaan
Kekayaan (materi atau kebendaan) dapat dijadikan ukuran
penempatan anggota masyarakat ke dalam lapisan-lapisan sosial yang
ada, barang siapa memiliki kekayaan paling banyak mana ia akan
termasuk lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial, demikian pula
sebaliknya, yang tidak mempunyai kekayaan akan digolongkan ke dalam
lapisan yang rendah.
2. Ukuran Kekuasaan dan Wewenang(Otoriter)
Seseorang yang mempunyai kekuasaan atau wewenang paling
besar akan menempati lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial
dalam masyarakat yang bersangkutan. Ukuran kekuasaan sering tidak
lepas dari ukuran kekayaan, sebab orang yang kaya dalam masyarakat
biasanya dapat menguasai orang-orang lain yang tidak kaya, atau
sebaliknya, kekuasaan dan wewenang dapat mendatangkan kekayaan.
3. Ukuran Kehormatan
Ukuran kehormatan dapat terlepas
dari ukuran-ukuran kekayaan atau kekuasaan. Orang-orang yang disegani
atau dihormati akan menempati lapisan atas dari sistem pelapisan
sosial masyarakatnya. Ukuran kehormatan ini sangat terasa pada
masyarakat
tradisional,
biasanya mereka sangat menghormati orang-orang yang banyak jasanya
kepada masyarakat, para orang tua ataupun orang-orang yang berprilaku
dan berbudi luhur.
4. Ukuran Ilmu Pengetahuan
Seseorang yang memiliki derajat pendidikan yang tinggi menempati
posisi teratas dalam masyarakat. Misalnya, seorang sarjana lebih
tinggi tingkatannya daripada seorang lulusan SMA. Akan tetapi, ukuran
tersebut kadang menyebabkan terjadinya efek negatif karena ternyata
bukan mutu ilmu pengetahuannya yang menjadi ukuran, melainkan ukuran
gelar kesarjanaannya.
Ukuran-ukuran diatas tidaklah bersifat limitatif.
Masih banyak ukuran-ukuran lain yang dapat digunakan untuk menentukan
stratifikasi sosial masyarakat.
- PRINSIP-PRINSIP POKOK STRATIFIKASI SOSIAL
a.
Stratifikasi sosial dijumpai pada semua tipe masyarakat, baik pada
masyarakat
tradisional
maupun modern
b.
Stratifikasi sosial bersifat funghsional dalam masyarakat
c.
Dalam masyarakat tidak mungkin dijumpai stratifikasi sosial yang
mutlak tertutup atau mutlak terbuka (absolutely closed or open social
stratification).
d.
Sistem stratifikasi sosial cenderung bersifat relatif tertutup atau
relatif terbuka
(relatively
closed or open social stratification)
D.
SIFAT-SIFAT STRATIFIKASI SOSIAL
Menurut Soerjono Soekanto, dilihat dari sifatnya,
pelapisan sosial dibedakan menjadi :
1. Stratifikasi Sosial Tertutup (Closed Social
Stratification)
Stratifikasi ini adalah stratifikasi dimana anggota dari setiap
strata sulit mengadakan mobilitas (perpindahan)
dari satu lapisan ke lapisan sosial yang lain. Dalam sistem ini,
satu-satunya kemungkinan untuk masuk pada status tinggi dan terhormat
dalam masyarakat adalah karena kelahiran atau keturunan.
Contoh:
- Sistem kasta di India. Kaum Sudra tidak
bisa pindah posisi naik di lapisan Brahmana.
- Rasialis. Kulit hitam (negro) yang dianggap di posisi rendah tidak bisa pindah kedudukan di posisi kulit putih.
GAMBAR 1 : STRATIFIKASI SOSIAL
TERTUTUP
2. Stratifikasi Sosial Terbuka (Opened Social
Stratification)
Stratifikasi ini bersifat dinamis karena mobilitasnya sangat besar.
Setiap anggota strata dapat bebas melakukan mobilitas sosial, baik
vertikal maupun horisontal. Setiap orang memiliki
kesempatan berusaha untuk menaikkan, menurunkan, maupun menstabilkan
statusnya.
Contoh:
- Seorang miskin karena usahanya bisa menjadi kaya, atau sebaliknya.
- Seorang yang rendah tingkat pendidikannya dapat memperoleh pendidikan yang lebih tinggi dengan usaha yang gigih.
GAMBAR 2 : STRATIFIKASI TERBUKA
3. Stratifikasi Sosial Campuran
Stratifikasi sosial campuran merupakan kombinasi antara stratifikasi
tertutup dan terbuka. Misalnya, seorang Bali berkasta Brahmana
mempunyai kedudukan terhormat di Bali, namun apabila ia pindah ke
Jakarta menjadi buruh, ia memperoleh kedudukan rendah. Maka ia harus
menyesuaikan diri dengan aturan kelompok masyarakat di Jakarta.
GAMBAR 3 : STRATIFIKASI CAMPURAN
Berikut adalah dimensi stratifikasi sosial.
GAMBAR 4 : DIMENSI STRATIFIKASI SOSIAL
E.
UNSUR-UNSUR STRATIFIKASI SOSIAL
Stratifikasi sosial terdiri dari dua unsur, yaitu kedudukan (status)
dan peranan (role). Kedudukan dan peranan merupakan dua unsur
yang memiliki arti penting bagi sistem sosial.
1. Kedudukan
(Status)
Status sosial menurut Ralph Linton adalah sekumpulan hak dan
kewajiban yang dimiliki seseorang dalam
masyarakatnya. Orang yang memiliki status sosial yang tinggi akan
ditempatkan lebih tinggi dalam struktur masyarakat dibandingkan
dengan orang yang status sosialnya rendah.
Ada tiga macam status sosial dalam masyarakat:
a) Ascribed Status
Tipe status yang didapat sejak lahir seperti jenis kelamin, ras,
kasta, golongan, keturunan, suku, usia, dan lain sebagainya.
Contoh:
- Kedudukan seorang anak bangsawan adalah bangsawan pula, seorang kasta Brahmana juga akan memperolah kedudukan yang sama.
- Kedudukan laki-laki yang lebih tinggi daripada perempuan dalam suatu keluarga.
b) Achieved
Status
Status sosial yang didapat seseorang karena
kerja keras dan usaha yang dilakukannya.Contohnya yaitu seperti harta
kekayaan, tingkat pendidikan, pekerjaan, prestasi dll. Hal
itu merupakan hasil dari usaha keras yang telah dilakukannya.
c) Assigned
Status
Status sosial yang diperoleh seseorang di dalam lingkungan masyarakat
yang bukan didapat sejak lahir tetapi diberikan karena usaha dan
kepercayaan masyarakat.
Contoh :
- Seseorang yang dijadikan kepala suku, ketua adat, sesepuh, dan sebagainya. Dalam hal ini, kesalehan seseorang dalam beragama termasuk di dalamnya. Jika seseorang memiliki pengetahuan agama yang dalam, maka ia akan memiliki status yang lebih tinggi di masyarakat.
Didalam menjalankan status, individu dapat mengalami suatu konflik
atau yang biasa disebut konflik status. Konflik Status terjadi
saat individu yang memiliki status lebih dari satu di masyarakat
tidak dapat menjalankan statusnya secara seimbang.
Contohnya, saat seorang ibu rumah tangga yang juga sebagai ibu RT
yang sedang mengkoordinir suatu acara di kampungnya, disini konflik
terjadi dimana beliau harus fokus di tugasnya sebagai ibu RT atau
mengurus keluarganya dimana beliau sebagai ibu rumah tangga.
2. Peranan (Role)
Peran sosial merupakan
aspek yang lebih dinamis dibandingkan dengan kedudukan. Status sosial
merupakan unsur statis
yang menunjukkan tempat individu dalam organisasi masyarakat. Peran
lebih menjurus pada fungsi seseorang dalam masyarakat. Meskipun
demikian, keduanya tak dapat dipisahkan karena satu dengan yang
lainnya saling berhubungan.
a. Berdasarkan cara memperolehnya, peranan dibedakan menjadi dua,
yaitu:
1) Peranan bawaan (ascribed
roles)
Peranan yang diperoleh secara otomatis, bukan karena usaha, misalnya
peranan sebagai anak, ketua RT, dan sebagainya.
2) Peranan pilihan (achieve
roles)
Peranan yang diperoleh atas keputusannya sendiri, misalnya seseorang
memutuskan untuk memilih Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di
Universitas Brawijaya Malang.
b. Berdasarkan pelaksanaannya, peranan sosial dapat dibedakan
menjadi dua,yaitu :
1) Peranan yang diharapkan (expected
roles)
Cara ideal dalam pelaksanaan peranan menurut penilaian masyarakat.
Masyarakat menghendaki peranan tersebut dilaksanakan
secernat-cermatnya dan tidak dapat ditawar dan harus dilaksanakan
seperti yang telah ditentukan. Misalnya, peranan hakim, diplomatik,
dan sebagainya.
2) Peranan yang disesuaikan (actual
roles)
Cara bagaimana sebenarnya peranan tersebut dijalankan. Peranan ini
pelaksanaannya lebih dinamis, dapat disesuaikan dengan situasi dan
kondisi tertentu.
Suatu peranan dapat membimbing seseorang dalam berperilaku, karena
peran dapat berfungsi sebagai, pertama, memberi arah pada
proses sosialisasi. Kedua, pewarisan tradisi, kepercayaan,
nilai, norma, dan pengetahuan. Ketiga, dapat mempersatukan
kelompok atau masyarakat. Keempat, menghidupkan sistem
pengendali dan kontrol sehingga dapat melestarikan kehidupan
masyarakat.
Seseorang yang memiliki lebih dari satu peranan memungkinkan untuk
terjadinya konflik antara peranan yang dimiliki. Disini mereka
dihadapkan diantara pilihan-pilihan yang harus dilaksanakan.
Misalnya, Pak Danu adalah seorang polisi, disaat beliau bertugas
ternyata Andi (anaknya) melakukan pelanggaran lalu lintas. Di dalam
konteks ini pak Danu harus menegakkan hukum karena beliau polisi,
walaupun disisi lain beliau harus melindingi anaknya karena beliau
adalah seorang ayah.
Menurut Soerjono
Soekanto di dalam peran mengandung tiga hal:
* Norma-norma di dalam masyarakat.
* konsep tentang apa yang dilakukan.
* perilaku individu.
* Norma-norma di dalam masyarakat.
* konsep tentang apa yang dilakukan.
* perilaku individu.
F.
MACAM-MACAM STRATIFIKASI SOSIAL
Jeffris dan Ransford berpendapat bahwa stratifikasi
sosial di dalam masyarakat terbagi menjadi tiga macam, yaitu:
- Hierarki Kelas (Class Hierarchies)
Stratifikasi yang didasarkan pada penguasaan
barang atau jasa. Di Indonesia, masyarakat digolongkan menjadi
beberapa kategori yaitu kategori kaya,
menengah, dan miskin. Hal tersebut
mengacu pada kriteria yang ditetapkan oleh Biro Pusat Statistik
(BPS). BPS selalu mengeluarkan batasan perbedaan pendapatan per
kapita per tahun, dan dibedakan anatara wilayah pedesaan dengan
perkotaan. Menurut BPS, kemiskinan adalah ketidakmampuan untuk
memenuhi standar tertentu dari kebutuhan dasar, baik makanan maupun
non makanan. Standar tersebut disebut dengan garis
kemiskinan. Di Jawa Timur misalnya,
pada tahun 2003 jumlah penduduk miskin tercatat meningkat dari 19,53%
(6,8 juta jiwa) menjadi 20,34% (7,1 juta jiwa).
- Hierarki Kekuasaan (Power Hierarchies)
Stratifikasi yang didasarkan pada kekuasaan
seseorang dalam suatu masyarakat. Yang dimaksud engan kekuasaan
adalah kemampuan untuk mepengaruhi individu-individu lain dan
mepengaruhi pmbuatan keputusan kolektif. Menurut Gaetano
Mosca, di dalam suatu masyarakat selalu
terdapat dua kelas penduduk yaitu kelas yang menguasai dan kelas yang
dikuasai. Kelas pertama yang jumlahnya selalu lebih kecil bertugas
menjalankan semua fungsi politik, memonopoli kekuasaan dan menikmati
keuntungan yang diberikan oleh kekuasaan tersebut. Sedangkan kelas
kedua yang jumlahnya jauh lebih besar, diatur dan dikendalikan oleh
kelas yang pertama.
- Hierarki Status (Status Hierarchies)
Stratifikasi yang didasarkan pada pembagian kehormatan dan status
sosial. Stratifikasi dalam bentuk ini membagi masyarakat ke dalam dua
kelompok, yaitu kelompok masyarakat yang disegani atau terhormat dan
kelompok masyarakat biasa. Kelompok masyarakat yang menduduki posisi
terhormat biasanya memiliki gaya hidup yang eksklusif. Biasanya
diwujudkan dalam bentuk pembatasan terhadap pergaulan erat dengan
orang yang statusnya lebih rendah. Di lingkungan kerajaan yang
berdarah biru lazimnya menganggap suatu hal yang menyimpang bila ada
anggota keltarganya yang menikah dengan orang biasa. Di Inggris
pernah terjadi polemik ketika Pangeran Charles yang mewarisi tahta
kerajaan Inggris memilih menikah dengan Putri Diana yang berasal dari
kalangan rakyat biasa.
G.
BENTUK-BENTUK
PELAPISAN SOSIAL DALAM MASYARAKAT
1.Kriteria politik
adalah pembedaan penduduk atau warga masyarakat menurut pembagian
kekuasaan. Kekuasaan yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang
yang diakui oleh masyarakat disebabkan oleh rasa takut, rasa cinta,
kepercayaan, pemujaan.
Munculnya sistem kekuasaan kemudian menimbulkan lapisan-lapisan kekuasaan yang sering disebut “Piramida Kekuasaan”.
Munculnya sistem kekuasaan kemudian menimbulkan lapisan-lapisan kekuasaan yang sering disebut “Piramida Kekuasaan”.
Menurut Max Iver terdapat tiga pola umum “Piramida
Kekuasaan” yaitu tipe kasta, tipe oligarkhis, tipe demokratis.
a. Tipe Kasta
Pelapisan masyarakat berdasarkan kriteria politik, berarti pembedaan penduduk atau wujud masyarakat menurut kriteria wewenang dan kekuasaan-kekuasaan.
Menurut Max Iver, ada tiga pola umum sistem status sosial:
1) Tipe kasta
2) Tipe oligarkhi
3) Demokratis
1) Tipe kastaCiri-ciri:
- Memiliki sistem stratifikasi kekuasaan dengan garis besar pemisah yang tegas dan kaku.
- Garis pemisah antara masing-masing pelapisan hampir tidak mungkin ditembus.
- Biasa di jumpai pada masyarakat berkasta.
- Bersifat tertutup
- Terdiri Atas Susunan dari atas ke bawah sebagai berikut:
Pelapisan masyarakat berdasarkan kriteria politik, berarti pembedaan penduduk atau wujud masyarakat menurut kriteria wewenang dan kekuasaan-kekuasaan.
Menurut Max Iver, ada tiga pola umum sistem status sosial:
1) Tipe kasta
2) Tipe oligarkhi
3) Demokratis
1) Tipe kastaCiri-ciri:
- Memiliki sistem stratifikasi kekuasaan dengan garis besar pemisah yang tegas dan kaku.
- Garis pemisah antara masing-masing pelapisan hampir tidak mungkin ditembus.
- Biasa di jumpai pada masyarakat berkasta.
- Bersifat tertutup
- Terdiri Atas Susunan dari atas ke bawah sebagai berikut:
a) Raja
b) Bangsawan.
c) Orang-orang yang bekerja di pemerintahan, pegawai rendahan dan seterusnya.
d) Tukang-tukang, pelayan-pelayan.
e) Petani-petani, buruhan tani.
f) Budak-budak.
b) Bangsawan.
c) Orang-orang yang bekerja di pemerintahan, pegawai rendahan dan seterusnya.
d) Tukang-tukang, pelayan-pelayan.
e) Petani-petani, buruhan tani.
f) Budak-budak.
2) Tipe Oligarkhi
Ciri-ciri:
- Garis pemisahnya tegas diantara strata tapi perbedaan antara status yang satu dengan yang lain tidak begitu mencolok.
- Pelapisan dapat ditembus, karena bersifat terbuka.
- Biasa terdapat pada negara Tasisme atau Feodaly berkembang.
- Kedudukan dipengaruhi oleh faktor kelahiran.
Terdiri Atas susunan
dari atas ke bawah sebagai berikut:
a) Raja (penguasa)
b) Bangsawan dari macam-macam tingkatan.
c) Pegawai tinggi (sipil dan militer).
d) Orang-orang kaya, pengusaha dan sebagainya.
e) Pengacara.
f) Tukang dan pedagang.
g) Buruh tani dan budak.
a) Raja (penguasa)
b) Bangsawan dari macam-macam tingkatan.
c) Pegawai tinggi (sipil dan militer).
d) Orang-orang kaya, pengusaha dan sebagainya.
e) Pengacara.
f) Tukang dan pedagang.
g) Buruh tani dan budak.
3) Tipe demokratis
Ciri-ciri:
- Adanya pemisah antara lapisan yang sifatnya bergerak
- Faktor kelahiran tidak menemukan kedudukan seseorang, yang terpenting adalah kemampuan dan kadang-kadang faktor keberuntungan.
- Terdiri atas :
Ciri-ciri:
- Adanya pemisah antara lapisan yang sifatnya bergerak
- Faktor kelahiran tidak menemukan kedudukan seseorang, yang terpenting adalah kemampuan dan kadang-kadang faktor keberuntungan.
- Terdiri atas :
a) pemimpin politik, pemimpin partai, orangkaya, pemimpin
organisasi-organisasi besar.
b) terdiri atas pejabat-pejabat administratif, kelas-kelasatas dasar kelahiran ”eisure Class”
b) terdiri atas pejabat-pejabat administratif, kelas-kelasatas dasar kelahiran ”eisure Class”
- terdiri atas ahli-ahli teknik, petani, pedagang
d) pekerja rendahan, petani rendahan
2. Kriteria Ekonomi
Pembagian/stratifiksi masyarakat berdasarkan ekonomi akan membedakan masyarakat atas kepemilikan harta. Berdasarkan kepemilikan harta.
Masyarakat dibagi dalam tiga kelas.:
a) Kelas atas, terdiri dari kelompok orang-orang kaya dengan leluasa dapat memenuhi kebutuhan hidupnya bahkan secara berlebihan.
b) Kelas menengah, terdiri dari kelompok orang-orang yang berkecukupan yang sudah bisa memenuhikebutuhan pokok (primer).
c) Kelas bawah,Terdiri dari orang-orang miskin yang masih belum dapat memenuhi kebutuhan primer.
Arisoteles membagi masyarakat secara ekonomi menjadi tiga kelas, yakni :
a. golongan sangat kaya,
b. golongan kaya, dan
c. golongan miskin.
Pembagian/stratifiksi masyarakat berdasarkan ekonomi akan membedakan masyarakat atas kepemilikan harta. Berdasarkan kepemilikan harta.
Masyarakat dibagi dalam tiga kelas.:
a) Kelas atas, terdiri dari kelompok orang-orang kaya dengan leluasa dapat memenuhi kebutuhan hidupnya bahkan secara berlebihan.
b) Kelas menengah, terdiri dari kelompok orang-orang yang berkecukupan yang sudah bisa memenuhikebutuhan pokok (primer).
c) Kelas bawah,Terdiri dari orang-orang miskin yang masih belum dapat memenuhi kebutuhan primer.
Arisoteles membagi masyarakat secara ekonomi menjadi tiga kelas, yakni :
a. golongan sangat kaya,
b. golongan kaya, dan
c. golongan miskin.
3. Kriteria sosial
Pelapisan masyarakat secara sosial ialah sistem
pengelompokan masyarakat menurut status umumnya nilai status sosial
dalam masyarakat diukur dari prestis (gengsi).
Contoh: orang lebih memilih bekerja dikantor dari pada
menjadi pedagang Pada masyarakat Bali, status masing-masing orang
ditentukan berdasarkan kasta sehingga tidak memungkinkan untuk
berpindah status.
Hal
lain yang dianggap penting adalah menyangkut:a.
Hukum adat
b. Perkawinan
c. Sopan santun
b. Perkawinan
c. Sopan santun
H.
DAMPAK STRATIFIKASI SOSIAL YANG ADA DI MASYARAKAT
Pengaruh atau dampak
stratifikasi sosial pada kehidupan masyarakat sangat besar dan
berpengaruh. Karena dengan kelas sosial yang ada akan menyediakan
masyarakat dengan apa yang mereka butuhkan. Stratifikasi sosial dalam
masyarakat digambarkan mengerucut atau seperti piramida, hal ini
disebabkan semakin tinggi kelas sosial, semakin sedikit pula jumlah
yang menempatinya.
Adapun dampak
stratifikasi sosial pada dalam kehidupan masyarakat adalah:
1.Orang yang menduduki kelas sosial yang berbeda akan memiliki kekuasaan, privelese, dan prestise yang bebeda pula, dalam artian akan menciptakan sebuah perbedaan status sosial.
2.Kemungkinan timbulnya proses sosial yang disosiatif berupa persaingan, kontravensi, maupun konflik
3.Penyimpangan perilaku karena kegagalan atau ketidak mampuan mencapai posisi tertentu. Kejahatan tersebut dapat berupa alkoholisme, korupsi, kenakalan remaja dan lain sebagainya
4.Konsentrasi elite status, yaitu pemusatan kedudukan yang penting pada golongan tertentu, misalnya kolusi.
1.Orang yang menduduki kelas sosial yang berbeda akan memiliki kekuasaan, privelese, dan prestise yang bebeda pula, dalam artian akan menciptakan sebuah perbedaan status sosial.
2.Kemungkinan timbulnya proses sosial yang disosiatif berupa persaingan, kontravensi, maupun konflik
3.Penyimpangan perilaku karena kegagalan atau ketidak mampuan mencapai posisi tertentu. Kejahatan tersebut dapat berupa alkoholisme, korupsi, kenakalan remaja dan lain sebagainya
4.Konsentrasi elite status, yaitu pemusatan kedudukan yang penting pada golongan tertentu, misalnya kolusi.
I.TEORI-TEORI
STRATIFIKASI SOSIAL
1.
Teori
Evolusioner-Fungsionalis
Dikemukakan
oleh ilmuwan sosial yaitu Talcott parsons. Dia menganggap bahwa
evolusi sosial secara umum terjadi karena sifat kecenderungan
masyarakat untuk berkembang, yang disebutnya sebagai ”kapitalis
adaptif”.
2.
Teori
Surplus Lenski
Sosiolog
Gerhard Lenski mengemukakan bahwa makhluk yang mementingkan diri
sendiri dan selalu berusaha untuk mensejahterakan dirinya.
3.
Teori
Kelangkaan
Teori
kelangkaan beranggapan bahwa penyebab utama timbul dan semakin
intensnya stratifikasi disebabkan oleh tekanan jumlah penduduk.
4.
Teori
Marxian
Menekankan
pemilikan kekayaan pribadi sebagi penentu struktur strtifikasi.
5.
Teori
Weberian
Menekankan
pentingnya dimensi stratifikasi tidak berlandaskan dalam hubungan
pemilikan modal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar