Kamis, 27 Desember 2012

hati seorang bunda

Tetesan embun masih membasahi dedaunan dipekarangan. pagi itu, rumput pun masih segar akibat hujan yang turun malam itu. di atas kursi duduk seorang wanita. dia seorang ibu. seorang ibu yang menatap pintu gerbangnya seolah menunggu kedatangan seseorang. sambil merajut ia menunggu, dibalik matanya yang bersembunyi di balik lensa terlihat dia lelah menunggu. "dimana putri kecilku dulu ? bagaimana kabarnya saat ini ?" mungkin itu pertanyaan yang tiada hentinya dipikir olehnya.




--------------------------------------

di dalam hiruk pikuk keramaian anak-anak remaja. terlihat sosok wanita cantik ditengah gerombolan anak-anak yang bisa dibilang anak gaul masakini.
"lo gak mau pulang ke rumah ? kasian noh nyokap lo."
"ngapain sih lo ngurusin hidup gue ? nyokap aja cuek. kenapa lo yang repot"
"hey, lo udah brapa taun gak pulang ? lo udah lupa lo masih punya ortu ?"
"SHIT !! lo semua pada resek ya !"



gadis itu duduk di pinggir lantai tertinggi sebuah gedung. sambil sesekali meneguk minuman beralkhohol yang ada di genggamannya.
"kenapa sih, pada ngingetin gue sama rumah ? pada gak sadar apa ? rumah itu gak ngarepin gue buat balik. mereka gak butuh gue. gue pingin bebas."
seraya berdiri dia membalikkan badan. "AAAAAAARGH, DAMN !! F*CKING SHIT!" teriaknya sambil melempar botolnya ke tembok.
"semua orang disini gak ada yang peduli sama gue, apasih salah gue ? kalo emang gue gak berguna kenapa gue dilahirin dulu ? coba gue boleh milih gue bakal milih nyokap kayak nyokapnya Gea"
BRAKKK!!!
" MATA LO DIMANA SIH ?! buta lo ?!"
"maaf kak, saya tidak sengaja" ucap seorang gadis sambil membenarkan posisi kacamatanya.
"MAAF MAAF PALE LO ? SAKIT TOLOL."
"maaf kak, Jenny gak sengaja nabrak kakak." jawab gadis itu dengan raut muka ketakutan.
"Sial ! Ngapain lo disini ?"
"Ini tempat favorit Jenny, setiap Jenny sedih atau seneng, jenny selalu kesini. karena disini Jenny selalu bisa cerita sama sahabat-sahabat Jenny kak." kata Jenny seraya menunjuk bintang di langit seakan memberitahukan bahwa bintang itulah sahabatnya.
"Lo sinting ? lo ngomong sama bintang ? kecil-kecil lu udah gila, kasian banget hidup lo." kata Eca yang masih dalam keadaan mabuk.


------------------------------------------------------------------------------------------------------------

"Eca belum pulang ya bunda ?"
sambil tersenyum kecil ibu berkata,"mungkin dia lebih bahagia di luar sana, bunda ikut bahagia kalau memang itu yang membuat Eca bahagia." tak terasa air mata itu kembali jatuh.
sosok bunda yang selalu merindukan putrinya. Fino, cowok yang diasuh oleh bunda sejak dia usia 5 tahun berusaha menghibur orang tua angkatnya itu.
"Eh bunda lagi buat apa'an ? Fino liat dong."
bunda lalu menunjukkan baju rajutan yang sangat cantik. "bunda sedang merajut baju, buat kado ulang taun Eca besok. Eca pasti cantik kalau memakai baju ini." ucap bunda dengan gembiranya.
Fino merasa sedih melihat bundanya seperti itu, sudah 3 kado yang tidak tersampaikan ke Eca akibat dia tak kunjung pulang. Fino  menyadari, mungkin kehadirannya lah yang menyebabkan Eca pergi. mungkin karena ayah lebih sayang kepadanya dibanding Eca. Bunda yang saat itu sedang pergi bekerja menjadi TKW di Malaysia menyebabkan persepsi bahwa bunda tidak sayang kepada Eca.
"Bunda, Fino gak mau liat bunda sedih lagi. Jangan cuma gara-gara Eca bunda jadi sakit-sakit gini. Bunda gak boleh gini terus."


------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"kak, coba deh kakak pejamin mata terus kakak sampein unek-unek hati kakak ke bintang-bintang disana. Jenny kalo sedih juga sering gitu kok."
"Heh! bocah tolol! lo kalo sinting ya sinting aja sendiri, gak usah lo bawa-bawa gue!"
"Kak, jenny tau kakak banyak masalah. tapi apa kakak gak tau bagaimana banyak orang yang merindukan kakak ? kakak punya mama kan ?"
"LO GAL USAH SEBUT KATA MAMA, GUE GAK PUNYA MAMA... PERGI LO ! F*CK!
sambil terisak jenny meninggalkan Eca. "kak, Jenny berdoa kalo suatu saat nanti kakak berubah. dan Jenny berharap kita bisa bertemu lagi."


sejenak Eca berpikir 'apa mungkin gue terlalu kasar sama anak itu ? emang anak itu salah apa ? kenapa gue mesti marah-marah'
tanpa sadar Eca terbaring menatap langit, tiba-tiba air mata itu menetes seraya perih yang dirasakannya.
"Gue pengen pulang, gue pengen ketemu bunda...." gumam Eca lirih.
serentak Eca berdiri dan berlari menuju rumahnya, selama itu dia terus menangis, menahan perih yang selama ini dia rasakan dan membayangkan apa yang akan terjadi nantinya.
sesampai di depan pagar rumahnya, Eca merasa ragu. Haruskah dia kembali pulang ? bukankah dia justru ingin pergi meninggalkan semua ini ? bukankah justru dia membenci tempat ini ?
airmata itu kembali menetes.

dengan perlahan Eca membuka pagar rumahnya, tiba-tiba dia melihat pintu rumahnya terbuka dan terlihat sosok wanita tua yang duduk di kursi rodanya.
"Eca ? itu kamu nak ?" ujar wanita itu. Namun Eca hanya diam, ia menunduk sambl menitikkan airmata.
"Eca ? kamu pulang nak ? Fino... bantu bunda untuk turun ke halaman.. Eca datang!"
Mendengar nama itu Eca merasa geram. 'F*ck ! kenapa dia masih disini!'
"Ecaaaa, bunda kangen sama kamu." sambil memeluk Eca dan meneteskan airmata keharuan.
"Argh! apa'an sih ! kangen sama gue ? bukannya disini udah ada si bangs*t ini!" ucapnya sambil menunjuk ke arah Fino.
bunda kaget dan langsung mengelus dadanya. "Bunda kangen sama kamu nak, bunda selalu menunggu kamu pulang." jelas bunda sambil terisak.
"Hash ! Bullshit ! kemana aja bunda selama ini ? ninggalin gue gitu aja ? bunda pernah mikir gimana gue dibanding-bandingin sama manusia bangs*t ini ha ?! itu yang bunda kangenin ?!" tumpah sudah bendungan airmata Eca. luapan emosinya memaksa Eca untuk menangis di depan bunda dan Fino.

"Eca sayang, bunda gak pernah punya maksut untuk ninggalin Eca, bunda sayang banget sama kamu nak! bunda pergi demi kamu, untuk membiayai kamu. Ayahpun tak berniat untuk membanding-bandingkan, ayah hanya ingin kamu menjadi lebih baik... hanya itu nak"

"Ca, Lu gila ya ! gue gak ada niatan sedikitpun buat ngerebut keluarga lo dan ngedepak lo dari keluarga ini. gue cuma pengen bales budi sama keluarga lo." Ucap Fino.
"Alah ! itu alesan lo aja. bilang aja lo pengen ngerasain jadi orang kaya! lo dulu kan cuma gelandangan !"
"Eca ! Cukup ! kenapa kamu jadi sekasar ini ?!" ucap bunda.

"Lo boleh marah sama gue ca, lo boleh ngehina gue, gue sadar gue cuma gelandangan yang beruntung diangkat ole keluarga kaya kayak kalian. gue sadar diri kok. tapi apa lo pernah ngerasain apa yang dirasain sama bunda ? Gimana tersiksanya bunda yang harus kehilangan ayah untuk selamanya dan harus kehilangan putri satu-satunya juga ?" ujar Fino. Eca hanya terdiam memandang penuh dendam terhadap Fino.

"Apa lo pernah mikir, setiap hari bunda nunggu lo di depan teras, berharap putrinya datang untuk memeluknya ? apa lo gak mikir setiap taun bunda nyiapin kado untuk ulang taun lo ? apa lo pernah mikir sampe segitunya ha ?" Fino lalu berlari masuk rumah, lalu keluar lagi sambil membawa bungkusan kado.
"Lo liat tuh 3 tahun lo ninggalin rumah dan 3 tahun juga bunda terus menyimpan kado ulangtaun lo."

Eca terjatuh bersimpuh menangis dihadapan kaki bundanya. "maafin Eca bunda" hanya kata-kata itu yang terucap, selanjutnya hanya terdengar isak tangis.
"Eca gak salah kok, bunda yang salah udah ninggalin Eca. Oiya nak, hari ini kan ulangtaun kamu, bunda punya kado buat kamu." ucap bunda sambil memberikan rajutan itu.

Eca kembali menangis.
"makasih banget bunda....ini bagus banget." ucap Eca sambil mencium tangan bundanya.

Bunda hanya bisa tersenyum haru dan terucap dalam hati 'terimakasih Tuhan, kau kembalikan putri kecilku ini ke pelukanku, hilangkan semua perih yang dia rasakan, terimakasih pula karena obat dari segala resahku telah kau obati dengan kedatangan anakku'

Tidak ada komentar: